Jumat, 08 Juni 2012

Teknik Penggunaan Elevator


BAB I
PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Dalam melakukan eksodonsia, selain forceps masih ada alat lain yang dapat dipergunakan, yaitu elevator. Penggunaan elevator membutuhkan pengalaman dan keterampilan yang tinggi, oleh karenanya bagi pemula dalam eksodonsia disarankan menggunakan forceps sampai mahir terlebih dahulu sebelum mengembangkan diri untuk menggunakan elevator.
Penggunaan peralatan yang efektif dimulai dengan pemahaman tentang desainnya. Peralatan cabut dengan desain yang baik mempunyai keuntungan mekanis untuk melipat-gandakan tekanan yang diberikan sampai mencapai tingkat yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya.  Elevator berfungsi sebagai pengungkit yang menghantarkan gaya atau tekanan ke gigi yang akan dicabut. Efektifitasnya ditingkatkan oleh desain bilah elevator yanag memungkinkan alat dipegang dengan kuat dan nyaman selama digunakan. Efisiensi makin meningkat dengan adanya bilah elevator dan paruh tang yang dapat mencengkeram struktur akar dengan erat sehingga menghindari selip.
Beberapa hal yang penting diketahui dalam menggunakan elevator adalah indikasi penggunaan elevator, bahaya yang dihadapi dalam menggunakan elevator, aturan penggunaan elevator, pengenalan bagian elevator, elevator yang umum digunakan, dan prinsip kerja dalam penggunaan elevator.
1.2        Rumusan Masalah
1.         Apa saja indikasi penggunaan elevator?
2.         Apa saja aturan yang harus diperhatikan dalam penggunaan elevator?
3.         Bagaimana prinsip kerja elevator
4.         Bagaimana teknik penggunaan elevator?
1.3        Tujuan
1.         Untuk mengetahui indikasi penggunaan elevator
2.         Untuk mengetahui aturan-aturan yang harus diperhatikan dalan penggunaan elevator
3.         Untuk mengetahui prinsip kerja elevator
4.         Untuk mengetahui teknik penggunaan elevator

BAB II
PEMBAHASAN


2.1        Indikasi Penggunaan Elevator
Elevator digunakan untuk:
1.      Menggerakkan dan mengeluarkan gigi yang tidak dapat dipegang forceps (misalnya pada gigi malposisi dan gigi impaksi)
2.      Mengambil akar gigi, akar gigi yang fraktur, dan gigi berkaries
3.      Melonggarkan gigi sebelum aplikasi forceps
4.      Memisahkan akar gigi dengan mahkota gigi, akar dengan akar lain pada gigi berakar jamak
5.      Mengambil tulang intraradikular
Elevator diindikasi untuk ekstrasi gigi secara keseluruhan dalam keadaan berikut:
1.      Gigi impaksi maksila atau mandibula karena lokasi dan posisi gigi impaksi menyebabkan operator tidak dapat menggunakan forceps untuk mengeluarkannya.
2.      Gigi malposisi ke lingual, bukal, atau gigi berjejal, terutama gigi premolar maksila atau mandibula atau incisivus lateralis yang karena lokasi gigi itu tak mungkin mengaplikasikan forceps tanpa mengganggu gigi di dekatnya.
Elevator diindikasi untuk mengambil akar gigi pada keadaan berikut ini :
1.      Akar gigi yang fraktur setinggi garis gingival, setengah panjang akar, atau sepertiga apikal.
2.      Sisa akar gigi yang tertinggal di dalam alveolus.
 (Mangunkusumo,1997)

2.2        Bahaya Penggunaan Elevator
Elevator harus digunakan secara hati-hati dan dengan penuh konsentrasi, karena penggunaan elevator dapat mengakibatkan:
1.      Rusaknya gigi di dekatnya atau bahkan menyebabkan gigi di dekatnya terangkat dari soketnya
2.      Fraktur maksila atau mandibula
3.      Fraktur processus alveolaris
4.      Jaringan tertusuk dan mungkin pembuluh darah besar dan saraf terluka
5.      Perforasi sinus maksilaris
6.      Ujung akar gigi molar ketiga mandibula terdorong masuk ke dalam kanalis mandibularis
(Mangunkusumo,1997)
Untuk menghindari kesalahan, bahaya dan trauma karena penggunaan elevator, perlu diperhatikan beberapa aturan dasar pemakaian elevator:
1.      Elevator lurus harus dipegang oleh tangan yang biasa digunakan untuk operasi dan jari telunjuk tangan tersebut harus berada dekat mata elevator tanpa menyentuh ujung anterior yang digunakan untuk luksasi gigi atau akar gigi.

Gambar 1. Cara memegang elevator lurus yang benar
2.      Elevator harus digunakan pada sisi bukal gigi yang akan diekstraksi, bukan pada sisi palatal atau lingualnya.
3.      Permukaan cekung dari mata elevator harus berkontak dengan sisi mesial atau distal gigi yang akan diekstraksi dan ditumpukan di antara gigi dan tulang alveolar.
4.      Selama luksasi gigi dengan elevator, kapas ditempatkan di antara jari dengan sisi palatal atau lingual gigi yang akan diekstraksi agar menghindari perlukaan pada jari atau lidah akibat elevator terpeleset.
Gambar 2. Cara penempatan kapas selama luksasi gigi dengan elevator
5.      Jangan gunakan gigi yang berada di sebelah gigi yang akan diekstraksi sebagai fulkrum (tumpuan), tetapi gunakan tulang alveolar di sekitar gigi yang akan diekstraksi. Jika tidak, akan terjadi kerusakan serabut ligamen periodontal gigi sebelahnya.
(Fragiskos, 2007)
6.      Gunakan selalu pelindung jaringan
7.      Lindungi jaringan dengan memegang lapisan tulang lingual dengan jari telunjuk, dan ibu jari memegang lapisan tulang bukal atau sebaliknya tergantung sisi yang dieksodonsi, sedangkan elevator berjalan diantara jari telunjuk dan ibu jari agar terhindar dari cedera atau fraktur
(Dwirahardjo, 2004)
Selain itu, ketika menggunakan elevator, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1.      Tekanan yang terkontrol
2.      Pinch grasp / sling grasp yang baik dan tepat
3.      Insersi yang tepat
4.      Titik tumpu yang tepat
(Pedersen, 1996)

2.3        Bagian & Klasifikasi Elevator
Bagian elevator :
a.       Pegangan elevator (handle), bagian ini dapat menjadi lanjutan dari tangkai elevator atau tegak lurus terhadap tangkai elevator
b.      Tangkai (shank)
c.       Ujung (blade) yaitu bagian yang menangani pada mahkota atau akar gigi
(Pedersen, 1996)
Menurut Mangunkusumo (1997), elevator dapat diklasifikasikan menurut pemakaian dan menurut bentuknya:
1.      Menurut pemakaian
a.          Elevator yang dipolakan untuk bagian gigi secara keseluruhan
b.         Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang fraktur setinggi garis gingival
c.          Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang fraktur dan tinggal setengah panjang akar
d.         Elevator yang dipolakan untuk mengambil akar gigi yang tinggal sepertiga panjang akar
e.          Elevator yang dipolakan untuk memotong tulang
f.          Elevator yang dipolakan untuk memotong dan mengangkat mukoperiosteum
2.      Menurut bentuk
a.          Elevator lurus (straight): tipe ganjal atau baji (wedge) berujung lurus
b.         Elevator lengkung (angular): sepasang kiri dan kanan
c.          Elevator batang-silang (cross bar): pegangan elevator tegak lurus dengan tangkainya.
Menurut Pedersen (1996), elevator diklasifikasikan menjadi:
a.          Elevator Lurus
Desain elevator lurus berupa elevator dengan pegangan, tangkai, dan bilah paralel. Fungsinya untuk mengetes anestesi, memisahkan perlekatan epitel, ekspansi alveolus, evaluasi mobilitas, mengungkit ujung akar dan fragmennya dan membantu memotong bagian-bagian gigi.
b.         Elevator Bengkok
Desain elevator bengkok berupa elevator dengan bilah membentuk sudut terhadap tangkai dan pegangan. Fungsinya untuk menggeser gigi dan fragmen akar menjauhi titik tumpu dari alat ini.
Elevator yang umum digunakan antara lain:
a.          Elevator apekso: elevator apekso kiri no.4 ; elevator apekso lurus no.81; elevator Miller apekso No. 73 dan 74
b.         Elevator batang-silang: No. 1L (kiri) dan 1R (kanan); 11L – 11R; dan 14L – 14R (setiap pabrik member nomor yang berbeda)

2.4        Prinsip Kerja Elevator
a.          Tuas / Pengumpil (Lever)
Prinsip ini banyak digunakan, posisi tumpuan (fulcrum) di antara usaha (U) dan tahanan (T). Agar menambah keuntungan mekanis pada prinsip tuas ini, maka lengan usaha (U) pada satu sisi tumpuan harus lebih panjang dari pada lengan tahanan (T) pada sisi lain tumpuan.
DSC02207.JPG








Rumus Tuas = T x LPD = LPJ x U

 
           


b.         Prinsip Ganjal / Baji (Wedge)
Beberapa elevator dipolakan terutama digunakan sebagai ganjal atau baji (wedge) dan dinamakan wedge elevator. Elevator ini ditekan di antara akar gigi dan jaringan tulang sejajar terhadap poros panjang akar gigi, dengan tekanan tangan atau kekuatan mallet.
DSC02208.JPG



                                                                                                                                               



Kerja ganjal seperti pada tatah (chisel), pada bentuk yang paling sederhana adalah sebuah bidang miring yang dapat bergerak yang mengalahkan tekanan yang besar tegak lurus terhadap usaha yang diaplikasikan. Usaha itu diaplikasikan terhadap basis bidang dan tahanan berpengaruh pada sisi miring. Beberapa ganjal mempunyai bidang miring ganda yang dapat digerakkan. Mata elevator itu dapat juga dipandang sebagai dua bidang miring yang ditempatkan pada basis yang sama. Makin tajam sudut ganjal itu makin kurang usaha yang dibutuhkan untuk mengalahkan tahanan yang dihadapinya. Jadi mata elevator ganjal ini dapat berbidang miring tunggal atau ganda.
c.          Prinsip putar dan gandar roda
Putar dan ganda roda merupakan mekanisme yang sederhana, sesungguhnya menjadi suatu bentuk modifikasi tuas. Usaha yang keluar diaplikasikan untuk wheel (putaran lingkar) yang akan memutar axle (roda gandar) sedemikian saat mengangkat suatu beban. Lengan usaha adalah Uw dan lengan tahanan adalah Ta.
DSC02209.JPG







Kerja putar dan gandar roda dalam penggunaan elevator batang-silang No. 11L atau 11R saat digunakan.
DSC02212.JPG









Keterangan gambar :
Gambar A adalah gigi molar mandibula dalam keadaan menggeser (drifted) ke muka sehingga ekstraksi dengan menggunakan forceps tak mungkin dilakukan sesuai dengan aturan yaitu poros panjang forceps sejajar dengan poros panjang gigi. Kesalahan penempatan forceps pada gigi yang akan diekstraksi akan berakibat fraktur mahkota gigi.
Pada gambar ditunjukkan cara ekstraksi gigi dengan elevator yang bekerja dengan menggunakan dua prinsip kerja yaitu pertama dengan prinsip kerja ganjal (gambar B) dan kedua prinsip kerja putar dan gandar roda (gambar C).
Cara : a) Agar lapangan operasi jelas, dibuat pembukaan lapisan (flap) mukoperiosteal dulu; b) Pakailah elevator apekso lurus sebagai ganjal yang digerakkan dengan kekuatan mallet ke dalam ruang peridental sepanjang permukaan mesial gigi itu. Kerja ganjal sepanjang gigi ini mencapai dua maksud yaitu : a) karena prinsip kerja ganjal ini ada tendensi untuk mengangkat gigi dari soketnya; b) pada saat yang sama terjadi jalan keluar sepanjang akar gigi. Jalan keluar ini harus cukup besar, maka harus dilebarkan dan diperdalam dengan menggunakan bur tulang untuk member tempat mata elevator batang-silang sebagai titik kerjanya (No. 11R atau 14R untuk sisi kanan, 11L atau 14L untuk sisi kiri). Titik kerja elevator ini ditempatkan dalam-dalam masuk ke jalan yang telah dibuat.
Bila pegangan elevator diputar, tumit mata elevator sebagai tepi kerja menggunakan puncak tulang alveolar sebagai landasan dan ujung mata elevator sebagai puncak kerja memegang sisi akar. Ketika pegangan elevator diputar, gigi terangkat dari soketnya ke superior dan ke distal. Putaran pegangan elevator akan member kemudahan pengambilan gigi itu sesuai dengan lengkung giginya. Setelah gigi terangkat ke luar socket, membrane periosteal lingual dilepas sehingga nampak tulang alveolar yang selanjutnya diratakan dengan menggunakan Rongeur. Masing-masing tepi jaringan mukoperiosteum lingual dan bukal dipertemukan dahulu lalu dijahit dengan benang sutera hitam nomor 000.

2.5        Pengaplikasian Elevator
a.         Aplikasi Paralel
Elevator lurus diinsersikan pada region mesio-gingivo interproksimal, paralel dengan permukaan akar (aplikasi paralel) untuk menghantarkan tekanan yang terkontrol. Elevator diorientasikan dengan konkavitas bilah menghadap gigi yang akan dicabut. Pada waktu mengetes anestesi dan mengetes kegoyahan gigi, digunakan pegangan jari. Untuk menekan tang agar mendilatasi alveolus, pegangan diletakkan dalam telapak tangan, di bukit tangan, kemudian elevator ditekan ke arah apikal ke dalam celah periodontal. Bersamaan dengan itu instrument dirotasikan searah dengan jarum jam (ke bukal) pada daerah kanan rahang atas dan kiri rahang bawah serta berlawanan dengan arah jarum jam untuk bagian kiri rahang atas dan kanan rahang bawah. Untuk penggunaan pada rahang bawah, kadang-kadang dipilih pegangan jari. Tekanan ungkitan dapat dilakukan dengan titik tumpu pada lingir tulang interproksimal. Untuk mendapatkan dorongan dan ungkitan, pegangan digerakkan dari posterior ke anterior. Tidak dianjurkan untuk menggunakan gigi yang tidak hendak dicabut untuk menjadi tumpuan.
b.         Aplikasi Vertikal
Pada metode ini bilah diinsersikan ke dalam celah interproksimal mesial pada dataran yang vertikal terhadap gigi yang akan dicabut. Alat ini ditumpukkan pada lingir alveolar dengan konkavitas bilah menghadap ke distal (kearah gigi yang akan dicabut). Elevator dirotasikan searah jarum jam untuk rahang atas kiri dan rahang bawah kanan (ke arah oklusal) serta berlawanan jarum jam untuk rahang atas kanan dan rahang bawah kiri (ke oklusal). Tekanan yang dihasilkan cenderung menggerakan gigi kearah distal oklusal. Selain itu, tekanan ungkit dapat dilakukan dengan jalan menekankan pegangan kearah gingival, menjauhi dataran oklusal, sementara bilah mengait permukaan akar gigi. Karena tekanan resultan dan resiko dari bertumpu pada gigi di dekatnya, aplikasi vertikal hanya dicadangkan untuk pencabutan molar ketiga yang tertentu saja, apabila yang didekatnya juga akan dicabut.
c.          Penggunaan Elevator Bengkok
Elevator bengkok digunakan untuk gigi yang tidak erupsi, impaksi, dan fragmen akar. Desainnya menunjukkan fungsinya, misalnya elevator tertentu spesifik untuk operasi dari gigi molar tiga yang impaksi pada rahang atas dan yang lain untuk gigi rahang bawah. Keberhasilan penggunaan elevator bengkok tergantung pada pengetahuan bahwa gaya yang dihasilkan berfungsi untuk menggunakan gigi atau segmen gigi menjauhi titik tumpu, yang terletak pada pertemuan antara tangkai dan bilah. Adaptasi dari beberapa elevator bengkok sudah ada dan melesetnya alat bisa direduksi dengan membuat lubang dengan bur sebagian lubang kaitan seperti pada elevator lurus, elevator bengkok diaplikasikan dengan pinch grasp pada rahang atas dan sling grasp pada rahang bawah.







d.      Penggunaan Elevator Lurus
·            Aplikasi Paralel
Diinsersikan pada mesio-gingival interproksimal, paralel terhadap akar dengan cekungan bilah menghadap ke permukaan gigi yang akan dicabut.
·            Aplikasi Vertikal
Diinsersikan pada mesio-gingival interproksimal tegak lurus dengan gigi yang akan dicabut, cekungan bilah menghadap ke arah permukaan gigi.
·            Pinch grasp digunakan pada rahang atas, sedangkan sling grasp pada rahang bawah. Pegangan dipegang dengan telapak tangan atau dengan jari. Pada aplikasi paralel, tekanan rotasional dilakukan bersamaan dengan tekanan ke arah apikal, sedangkan pada aplikasi vertikal, tekanan rotasional dilakukan bersamaan dengan tekanan gingival. Pada kedua cara tersebut, bisa diaplikasikan pula tekanan ungkitan.
(Pedersen, 1996)
Menurut Wray, dkk (2003), banyak sekali macam elevator yang tersedia untuk mengangkat atau mengekstraksi gigi atau akar dari soket. Prinsip dasar penggunaan elevator adalah “block and wedge” (memblok dan mendesak)  atau “wheel and axle” dan seharusnya tidak sebagai crow-bars (linggis).
Dental luxator dengan sisi tajamnya diberi tekanan di antara akar dari gigi dan tulang alveolar melalui ruangan periodontal. Efek wedging (desakan) harus memberikan dampak pada akar sehingga akar tersebut dapat diangkat/diekstraksi dari soketnya. Coupland’s chisel dapat digunakan dengan cara yang sama dan lebih efektif dengan cara tersebut jika kedua ujungnya tetap terjaga ketajamannya.
Teknik lain yang dapat diaplikasikan yaitu dengan cara memutar (rotate) elevator sepanjang axisnya dan ujungnya diberi penekanan agar mengekstraksi gigi dari akarnya. Elevator yang dapat diplikasikan dengan cara ini antara lain adalah Straight Warwick Jame’s, Coupland’s chiser, dan Cryer’s elevator dengan ujung runcingnya (pointed blades).
Perlu kehati-hatian dan latihan yang cukup agar dapat  menghindari pemakaian gigi tetangga sebagai penahan elevator, kecuali memang gigi tetangga tersebut akan diekstraksi juga. Karena penggunaan gigi tetangga sebagai penahan akan mengakibatkan gigi tersebut ikut bergerak.
Elevator harus digunakan secara hati-hati, terutama pada lokasi penempatan elevator terhadap gigi yang akan diekstraksi sehingga gigi akan dapat bergerak (goyah) dari pertahanannya dalam jaringan pendukung gigi. Maka dari itu, sebagian besar akar pada region molar bawah membelok ke arah distal sehingga elevasi dari arah mesial aspek akan lebih berhasil. Sama halnya dengan elevasi dari bukal lebih baik daripada elevasi dari lingual karena dalam prakteknya lebih menguntungkan ketika menggunakan teknik rotasi atau memutar.
(Wray dkk, 2003)

2.6        Penggunaan Khusus Elevator Tertentu
1.         Elevator apekso lurus no.81 atau no.301 (Hu-Friedy)
Terutama digunakan untuk maxilla yaitu kasus fraktur gigi setinggi garis gingiva pada gigi incisivus centralis dan lateralis, kaninus, serta premolar maxilla. Elevator ini menggunakan prinsip kerja ganjal (wedge).
hu-friedy-apexo-elevator-e-301_230582810079.jpg





Gambar 3.Elevator apekso lurus no.301 (Hu-Friedy)
Teknik penggunaan
a.       Tempatkan elevator ganjal ini di daerah mesio-labial atau mesio-bukal dalam ruang yang ditempati oleh ligamen periodontal gigi yang akan diekstraksi.
b.      Aplikasikan tekanan apikal dan sedikit gerakan ke labial/bukal dan palatal.
c.       Lalu masukkan elevator di distal gigi dan ulangi langkah b sampai kedalaman kira-kira 5 mm.
d.      Masukkan elevator di mesial gigi dan ulangi langkah b sampai kedalaman kira-kira 5 mm.
e.       Gunakan gerakan setengah putar dengan tekanan apikal.
2.         Elevator apekso (kanan/kiri) no.4 dan no.5 pada mandibula
Mata elevator (blade) ada pada sudut 45o terhadap pegangan (handle), artinya tangkai (shank) elevator bersudut 45 derajat terhadap pegangan dan mata elevator bersudut 90 derajat terhadap tangkainya. Prinsip kerja elevator ini sama dengan elevator apekso lurus. Elevator ini dapat dipakai untuk semua gigi mandibula yang mengalami fraktur akar setinggi garis gingiva.
E4.jpgE5.jpg

         Gambar 4. Elevator apekso no.4              Gambar 5.Elevator apekso no.5
Teknik penggunaan:
a.       Dalam ruang yang ditempati ligamen periodontal pada permukaan mesial akar gigi masukkan ujung elevator apekso no.4 dengan gerakan putar dan tekanan apikal sampai kedalaman kira-kira 2-3 mm.
b.      Selanjutnya mengambil elevator apekso no.5 dan masukkan dalam ruang ligamen periodontal dengan gerakan putar dan tekanan bukolingual sedikit demi sedikit memperbesar ruang dengan menekan tulang alveolar sampai kedalaman kira-kira 3 mm.
c.       Lalu masukkan elevator apekso no.4 pada permukaan mesial akar gigi dengan gerakan putar dan tekanan apikal berkali-kali sampai kedalaman kira-kira 6 mm.
d.      Prosedur diulang terus hingga akar gigi dapat keluar dari soket. Apabila teknik ini gagal mengeluarkan akar gigi, gunakan teknik elevator apekso ganda.
3.         Teknik elevator apekso ganda
Teknik penggunaan
a.       Pegang elevator apekso no.4 dengan tangan kiri dan elevator apekso no.5 dengan tangan kanan. Lalu letakkan ujung-ujung kedua elevator pada akar gigi.
b.      Bagian yang menempel pada permukaan akar gigi adalah sisi sebaliknya dari permukaan mata elevator.
c.       Dengan prinsip tekanan tuas angkat akar gigi dengan kedua elevator tersebut ke arah oklusal.
4.         Pengambilan akar gigi yang fraktur setengah panjang akar
a.       Aturan umum
Pada kasus seperti ini diperlukan pembukaan mukoperiosteum dan pengambilan jaringan tulang alveolar bukal/labial atau lingual/palatal. Tindakan ini disebut operasi terbuka (open operation) atau operasi lapisan jaringan (flap operation) atau pengambilan akar gigi secara bedah (surgical removal of the root).
b.      Operasi raba-raba (blind operation)
Operasi ini digunakan apabila operator sudah berpengalaman melakukan bedah. Yang diperlukan adalah panduan sentuhan sensasi dan visualisasi dari operator yang telah berpengalaman tersebut.
(Mangunkusumo, 1997)
5.         Pengambilan Akar Gigi yang Fraktur Setinggi Garis Gingiva
Digunakan elevator apekso no.4 dengan gerakan putar dan tekanan apikal sepanjang permukaan mesial akar gigi dalam ruang yang ditempati membrana peridental, sejajar dengan poros panjang akar gigi sampai dicapai kedalaman 2-3 mm. Bila dengan tekanan sedikit pada pegangan elevator dan ujung elevator masih gagal untuk penetrasi ruang membrana peridental maka langkah selanjutnya dengan membuat lubang awal dengan menggunakan bur tulang yang kecil dan bulat no.4 sepanjang sisi permukaan mesial dan distal akar gigi, lalu memperlebar jalan dengan cara menggerakkan gigi ke arah bukolingual.
Selanjutnya gunakan elevator apekso no.5 dan ulangi prosedur seperti pada elevator apekso no.4. Mengebur titik awal lalu masukkan ujung mata elevator sepanjang permukaan distal akar gigi dalam ruang yang ditempati membrana peridental, sejajar dengan poros panjang akar gigi, lalu dengan gerakan putar dan tekanan bukolingual sedikit demi sedikit memperbesar ruang dengan menekan tulang alveolar sampai dicapai kedalaman 3 mm.
Apabila prosedur ini gagal dapat digunakan teknik elevator apekso ganda yaitu pegang elevator apekso no.4 di tangan kiri dan no.5 di tangan kanan lalu letakkan ujung-ujung kedua elevator pada akar gigi yang menempel pada permukaan akar gigi dengan tekanan tuas ke arah oklusal dan mengangkat akar gigi ke arah permukaan. Elevator ini digunakan pada mandibula yaitu gigi caninus, incisivus centralis dan lateralis serta molar.
6.         Pengambilan Akar Gigi yang Fraktur Setengah Panjang Akar
Digunakan teknik separasi gigi (tooth division/root separation) dengan jalan memisahkan satu atau lebih akar gigi dari mahkota gigi dengan menggunakan crosscut fissure burs. Teknik ini sering digunakan pada saat pengambilan gigi impaksi, setelah itu baru menggunakan forceps atau elevator.
(Dwirahardjo, 2004)


























BAB III
PENUTUP


3.1        Kesimpulan
1.         Elevator digunakan untuk:
a.       Menggerakkan dan mengeluarkan gigi yang tidak dapat dipegang forceps (misalnya pada gigi malposisi dan gigi impaksi)
b.      Mengambil akar gigi, akar gigi yang fraktur, dan gigi berkaries
c.       Melonggarkan gigi sebelum aplikasi forceps
d.      Memisahkan akar gigi dengan mahkota gigi, akar dengan akar lain pada gigi berakar jamak
e.       Mengambil tulang intraradikular
2.         Dalam penggunaan elevator, perlu diperhatikan aturan-aturanya untuk menghindari bahaya yang dapat terjadi
3.         Cara pengaplikasian elevator meliputi aplikasi parallel dan aplikasi vertikal
4.         Keberhasilan penggunaan elevator tergantung pada aplikasi tekanan yang terkontrol, cara memegang yang baik dan tepat (pinch/sling grasp), bidang/titik penempatan atau insersi serta titik tumpu yang tepat.

3.2        Saran
1.         Prinsip, kaidah dan aturan penggunaan elevator hendaknya benar-benar dipahami untuk mendukung keberhasilan penggunaan elevator.











DAFTAR PUSTAKA

Dwirahardjo, B. 2004. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester: Bedah Mulut I. Yogyakarta : FKG UGM.
Fragiskos, F.D. (ed.). 2007. Oral Surgery. Heidelberg: Springer-Verlag.
Mangunkusumo, H.1997. Eksodonsia dan Komplikasinya.Yogyakarta: FKG UGM.
Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.
Wray, D., D. Stenhouse, D. Lee, and A. J. E. Clark. 2003. Textbook for General and Oral Surgery. London: Churchill Livingstone.


0 komeng:

Posting Komentar