BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam melakukan
eksodonsia, selain forceps masih ada
alat lain yang dapat dipergunakan, yaitu elevator. Penggunaan elevator
membutuhkan pengalaman dan keterampilan yang tinggi, oleh karenanya bagi pemula
dalam eksodonsia disarankan menggunakan forceps
sampai mahir terlebih dahulu sebelum mengembangkan diri untuk menggunakan
elevator.
Penggunaan
peralatan yang efektif dimulai dengan pemahaman tentang desainnya. Peralatan
cabut dengan desain yang baik mempunyai keuntungan mekanis untuk
melipat-gandakan tekanan yang diberikan sampai mencapai tingkat yang cukup
untuk menyelesaikan tugasnya. Elevator
berfungsi sebagai pengungkit yang menghantarkan gaya atau tekanan ke gigi yang
akan dicabut. Efektifitasnya ditingkatkan oleh desain bilah elevator yanag
memungkinkan alat dipegang dengan kuat dan nyaman selama digunakan. Efisiensi
makin meningkat dengan adanya bilah elevator dan paruh tang yang dapat
mencengkeram struktur akar dengan erat sehingga menghindari selip.
Beberapa hal
yang penting diketahui dalam menggunakan elevator adalah indikasi penggunaan
elevator, bahaya yang dihadapi dalam menggunakan elevator, aturan penggunaan
elevator, pengenalan bagian elevator, elevator yang umum digunakan, dan prinsip
kerja dalam penggunaan elevator.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja indikasi penggunaan elevator?
2.
Apa saja aturan yang harus diperhatikan
dalam penggunaan elevator?
3.
Bagaimana prinsip kerja elevator
4.
Bagaimana teknik penggunaan elevator?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui indikasi penggunaan
elevator
2.
Untuk mengetahui aturan-aturan yang
harus diperhatikan dalan penggunaan elevator
3.
Untuk mengetahui prinsip kerja elevator
4.
Untuk mengetahui teknik penggunaan
elevator
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Indikasi
Penggunaan Elevator
Elevator
digunakan untuk:
1. Menggerakkan
dan mengeluarkan gigi yang tidak dapat dipegang forceps (misalnya pada gigi malposisi dan gigi impaksi)
2. Mengambil
akar gigi, akar gigi yang fraktur, dan gigi berkaries
3. Melonggarkan
gigi sebelum aplikasi forceps
4. Memisahkan
akar gigi dengan mahkota gigi, akar dengan akar lain pada gigi berakar jamak
5. Mengambil
tulang intraradikular
Elevator diindikasi untuk ekstrasi gigi secara
keseluruhan dalam keadaan berikut:
1. Gigi
impaksi maksila atau mandibula karena lokasi dan posisi gigi impaksi
menyebabkan operator tidak dapat menggunakan forceps untuk mengeluarkannya.
2. Gigi
malposisi ke lingual, bukal, atau gigi berjejal, terutama gigi premolar maksila
atau mandibula atau incisivus lateralis yang karena lokasi gigi itu tak mungkin
mengaplikasikan forceps tanpa
mengganggu gigi di dekatnya.
Elevator diindikasi untuk mengambil akar gigi pada
keadaan berikut ini :
1. Akar
gigi yang fraktur setinggi garis gingival, setengah panjang akar, atau
sepertiga apikal.
2. Sisa
akar gigi yang tertinggal di dalam alveolus.
(Mangunkusumo,1997)
2.2
Bahaya
Penggunaan Elevator
Elevator harus
digunakan secara hati-hati dan dengan penuh konsentrasi, karena penggunaan
elevator dapat mengakibatkan:
1.
Rusaknya gigi di dekatnya atau bahkan
menyebabkan gigi di dekatnya terangkat dari soketnya
2.
Fraktur maksila atau mandibula
3.
Fraktur processus alveolaris
4.
Jaringan tertusuk dan mungkin pembuluh
darah besar dan saraf terluka
5.
Perforasi sinus maksilaris
6.
Ujung akar gigi molar ketiga mandibula
terdorong masuk ke dalam kanalis mandibularis
(Mangunkusumo,1997)
Untuk menghindari kesalahan, bahaya dan trauma
karena penggunaan elevator, perlu diperhatikan beberapa aturan dasar pemakaian
elevator:
1. Elevator
lurus harus dipegang oleh tangan yang biasa digunakan untuk operasi dan jari
telunjuk tangan tersebut harus berada dekat mata elevator tanpa menyentuh ujung
anterior yang digunakan untuk luksasi gigi atau akar gigi.
Gambar
1. Cara memegang elevator lurus yang benar
2. Elevator
harus digunakan pada sisi bukal gigi yang akan diekstraksi, bukan pada sisi
palatal atau lingualnya.
3. Permukaan
cekung dari mata elevator harus berkontak dengan sisi mesial atau distal gigi
yang akan diekstraksi dan ditumpukan di antara gigi dan tulang alveolar.
4. Selama
luksasi gigi dengan elevator, kapas ditempatkan di antara jari dengan sisi
palatal atau lingual gigi yang akan diekstraksi agar menghindari perlukaan pada
jari atau lidah akibat elevator terpeleset.
Gambar
2. Cara penempatan kapas selama luksasi gigi dengan elevator
5. Jangan
gunakan gigi yang berada di sebelah gigi yang akan diekstraksi sebagai fulkrum
(tumpuan), tetapi gunakan tulang alveolar di sekitar gigi yang akan
diekstraksi. Jika tidak, akan terjadi kerusakan serabut ligamen periodontal
gigi sebelahnya.
(Fragiskos,
2007)
6. Gunakan
selalu pelindung jaringan
7. Lindungi
jaringan dengan memegang lapisan tulang lingual dengan jari telunjuk, dan ibu
jari memegang lapisan tulang bukal atau sebaliknya tergantung sisi yang
dieksodonsi, sedangkan elevator berjalan diantara jari telunjuk dan ibu jari
agar terhindar dari cedera atau fraktur
(Dwirahardjo,
2004)
Selain itu, ketika menggunakan elevator,
hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Tekanan
yang terkontrol
2. Pinch grasp / sling grasp
yang baik dan tepat
3. Insersi
yang tepat
4. Titik
tumpu yang tepat
(Pedersen, 1996)
2.3
Bagian
& Klasifikasi Elevator
Bagian elevator :
a. Pegangan
elevator (handle), bagian ini dapat
menjadi lanjutan dari tangkai elevator atau tegak lurus terhadap tangkai
elevator
b. Tangkai
(shank)
c. Ujung
(blade) yaitu bagian yang menangani
pada mahkota atau akar gigi
(Pedersen, 1996)
Menurut
Mangunkusumo (1997), elevator dapat diklasifikasikan menurut pemakaian dan
menurut bentuknya:
1. Menurut
pemakaian
a.
Elevator yang dipolakan untuk bagian
gigi secara keseluruhan
b.
Elevator yang dipolakan untuk mengambil
akar gigi yang fraktur setinggi garis gingival
c.
Elevator yang dipolakan untuk mengambil
akar gigi yang fraktur dan tinggal setengah panjang akar
d.
Elevator yang dipolakan untuk mengambil
akar gigi yang tinggal sepertiga panjang akar
e.
Elevator yang dipolakan untuk memotong
tulang
f.
Elevator yang dipolakan untuk memotong
dan mengangkat mukoperiosteum
2. Menurut
bentuk
a.
Elevator lurus (straight): tipe ganjal atau baji (wedge) berujung lurus
b.
Elevator lengkung (angular): sepasang kiri dan kanan
c.
Elevator batang-silang (cross bar): pegangan elevator tegak
lurus dengan tangkainya.
Menurut Pedersen (1996), elevator diklasifikasikan
menjadi:
a.
Elevator Lurus
Desain elevator lurus berupa
elevator dengan pegangan, tangkai, dan bilah paralel. Fungsinya untuk mengetes
anestesi, memisahkan perlekatan epitel, ekspansi alveolus, evaluasi mobilitas,
mengungkit ujung akar dan fragmennya dan membantu memotong bagian-bagian gigi.
b.
Elevator Bengkok
Desain elevator bengkok berupa
elevator dengan bilah membentuk sudut terhadap tangkai dan pegangan. Fungsinya
untuk menggeser gigi dan fragmen akar menjauhi titik tumpu dari alat ini.
Elevator
yang umum digunakan antara lain:
a.
Elevator apekso: elevator apekso kiri
no.4 ; elevator apekso lurus no.81; elevator Miller apekso No. 73 dan 74
b.
Elevator batang-silang: No. 1L (kiri)
dan 1R (kanan); 11L – 11R; dan 14L – 14R (setiap pabrik member nomor yang
berbeda)
2.4
Prinsip
Kerja Elevator
a.
Tuas / Pengumpil (Lever)
Prinsip ini
banyak digunakan, posisi tumpuan (fulcrum)
di antara usaha (U) dan tahanan (T). Agar menambah keuntungan mekanis pada
prinsip tuas ini, maka lengan usaha (U) pada satu sisi tumpuan harus lebih
panjang dari pada lengan tahanan (T) pada sisi lain tumpuan.
|
b.
Prinsip Ganjal / Baji (Wedge)
Beberapa
elevator dipolakan terutama digunakan sebagai ganjal atau baji (wedge) dan dinamakan wedge elevator. Elevator
ini ditekan di antara akar gigi dan jaringan tulang sejajar terhadap poros
panjang akar gigi, dengan tekanan tangan atau kekuatan mallet.
Kerja ganjal seperti pada tatah (chisel), pada bentuk yang paling
sederhana adalah sebuah bidang miring yang dapat bergerak yang mengalahkan
tekanan yang besar tegak lurus terhadap usaha yang diaplikasikan. Usaha itu
diaplikasikan terhadap basis bidang dan tahanan berpengaruh pada sisi miring.
Beberapa ganjal mempunyai bidang miring ganda yang dapat digerakkan. Mata
elevator itu dapat juga dipandang sebagai dua bidang miring yang ditempatkan
pada basis yang sama. Makin tajam sudut ganjal itu makin kurang usaha yang
dibutuhkan untuk mengalahkan tahanan yang dihadapinya. Jadi mata elevator
ganjal ini dapat berbidang miring tunggal atau ganda.
c.
Prinsip putar dan gandar roda
Putar dan ganda
roda merupakan mekanisme yang sederhana, sesungguhnya menjadi suatu bentuk
modifikasi tuas. Usaha yang keluar diaplikasikan untuk wheel (putaran lingkar)
yang akan memutar axle (roda gandar) sedemikian saat mengangkat suatu beban.
Lengan usaha adalah Uw dan lengan tahanan adalah Ta.
Kerja
putar dan gandar roda dalam penggunaan elevator batang-silang No. 11L atau 11R
saat digunakan.
Keterangan gambar :
Gambar A adalah gigi molar mandibula dalam keadaan
menggeser (drifted) ke muka sehingga
ekstraksi dengan menggunakan forceps
tak mungkin dilakukan sesuai dengan aturan yaitu poros panjang forceps sejajar dengan poros panjang
gigi. Kesalahan penempatan forceps
pada gigi yang akan diekstraksi akan berakibat fraktur mahkota gigi.
Pada gambar ditunjukkan cara ekstraksi gigi dengan
elevator yang bekerja dengan menggunakan dua prinsip kerja yaitu pertama dengan
prinsip kerja ganjal (gambar B) dan kedua prinsip kerja putar dan gandar roda
(gambar C).
Cara : a) Agar lapangan operasi jelas, dibuat
pembukaan lapisan (flap)
mukoperiosteal dulu; b) Pakailah elevator apekso lurus sebagai ganjal yang
digerakkan dengan kekuatan mallet ke
dalam ruang peridental sepanjang permukaan mesial gigi itu. Kerja ganjal
sepanjang gigi ini mencapai dua maksud yaitu : a) karena prinsip kerja ganjal
ini ada tendensi untuk mengangkat gigi dari soketnya; b) pada saat yang sama
terjadi jalan keluar sepanjang akar gigi. Jalan keluar ini harus cukup besar,
maka harus dilebarkan dan diperdalam dengan menggunakan bur tulang untuk member
tempat mata elevator batang-silang sebagai titik kerjanya (No. 11R atau 14R
untuk sisi kanan, 11L atau 14L untuk sisi kiri). Titik kerja elevator ini
ditempatkan dalam-dalam masuk ke jalan yang telah dibuat.
Bila pegangan elevator diputar, tumit mata elevator
sebagai tepi kerja menggunakan puncak tulang alveolar sebagai landasan dan
ujung mata elevator sebagai puncak kerja memegang sisi akar. Ketika pegangan
elevator diputar, gigi terangkat dari soketnya ke superior dan ke distal.
Putaran pegangan elevator akan member kemudahan pengambilan gigi itu sesuai
dengan lengkung giginya. Setelah gigi terangkat ke luar socket, membrane
periosteal lingual dilepas sehingga nampak tulang alveolar yang selanjutnya
diratakan dengan menggunakan Rongeur.
Masing-masing tepi jaringan mukoperiosteum lingual dan bukal dipertemukan
dahulu lalu dijahit dengan benang sutera hitam nomor 000.
2.5
Pengaplikasian
Elevator
a.
Aplikasi
Paralel
Elevator lurus
diinsersikan pada region mesio-gingivo interproksimal, paralel dengan permukaan
akar (aplikasi paralel) untuk menghantarkan tekanan yang terkontrol. Elevator
diorientasikan dengan konkavitas bilah menghadap gigi yang akan dicabut. Pada
waktu mengetes anestesi dan mengetes kegoyahan gigi, digunakan pegangan jari.
Untuk menekan tang agar mendilatasi alveolus, pegangan diletakkan dalam telapak
tangan, di bukit tangan, kemudian elevator ditekan ke arah apikal ke dalam
celah periodontal. Bersamaan dengan itu instrument dirotasikan searah dengan
jarum jam (ke bukal) pada daerah kanan rahang atas dan kiri rahang bawah serta
berlawanan dengan arah jarum jam untuk bagian kiri rahang atas dan kanan rahang
bawah. Untuk penggunaan pada rahang bawah, kadang-kadang dipilih pegangan jari.
Tekanan ungkitan dapat dilakukan dengan titik tumpu pada lingir tulang interproksimal.
Untuk mendapatkan dorongan dan ungkitan, pegangan digerakkan dari posterior ke
anterior. Tidak dianjurkan untuk menggunakan gigi yang tidak hendak dicabut
untuk menjadi tumpuan.
b.
Aplikasi
Vertikal
Pada metode ini
bilah diinsersikan ke dalam celah interproksimal mesial pada dataran yang vertikal
terhadap gigi yang akan dicabut. Alat ini ditumpukkan pada lingir alveolar
dengan konkavitas bilah menghadap ke distal (kearah gigi yang akan dicabut).
Elevator dirotasikan searah jarum jam untuk rahang atas kiri dan rahang bawah
kanan (ke arah oklusal) serta berlawanan jarum jam untuk rahang atas kanan dan
rahang bawah kiri (ke oklusal). Tekanan yang dihasilkan cenderung menggerakan
gigi kearah distal oklusal. Selain itu, tekanan ungkit dapat dilakukan dengan
jalan menekankan pegangan kearah gingival, menjauhi dataran oklusal, sementara
bilah mengait permukaan akar gigi. Karena tekanan resultan dan resiko dari
bertumpu pada gigi di dekatnya, aplikasi vertikal hanya dicadangkan untuk
pencabutan molar ketiga yang tertentu saja, apabila yang didekatnya juga akan
dicabut.
c.
Penggunaan
Elevator Bengkok
Elevator bengkok
digunakan untuk gigi yang tidak erupsi, impaksi, dan fragmen akar. Desainnya
menunjukkan fungsinya, misalnya elevator tertentu spesifik untuk operasi dari
gigi molar tiga yang impaksi pada rahang atas dan yang lain untuk gigi rahang
bawah. Keberhasilan penggunaan elevator bengkok tergantung pada pengetahuan
bahwa gaya yang dihasilkan berfungsi untuk menggunakan gigi atau segmen gigi
menjauhi titik tumpu, yang terletak pada pertemuan antara tangkai dan bilah.
Adaptasi dari beberapa elevator bengkok sudah ada dan melesetnya alat bisa
direduksi dengan membuat lubang dengan bur sebagian lubang kaitan seperti pada
elevator lurus, elevator bengkok diaplikasikan dengan pinch grasp pada rahang
atas dan sling grasp pada rahang
bawah.
d.
Penggunaan
Elevator Lurus
·
Aplikasi Paralel
Diinsersikan pada mesio-gingival
interproksimal, paralel terhadap akar dengan cekungan bilah menghadap ke
permukaan gigi yang akan dicabut.
·
Aplikasi Vertikal
Diinsersikan pada mesio-gingival
interproksimal tegak lurus dengan gigi yang akan dicabut, cekungan bilah
menghadap ke arah permukaan gigi.
·
Pinch
grasp digunakan pada rahang atas, sedangkan sling grasp pada rahang bawah. Pegangan
dipegang dengan telapak tangan atau dengan jari. Pada aplikasi paralel, tekanan
rotasional dilakukan bersamaan dengan tekanan ke arah apikal, sedangkan pada
aplikasi vertikal, tekanan rotasional dilakukan bersamaan dengan tekanan
gingival. Pada kedua cara tersebut, bisa diaplikasikan pula tekanan ungkitan.
(Pedersen, 1996)
Menurut Wray,
dkk (2003), banyak sekali macam elevator yang tersedia untuk mengangkat atau
mengekstraksi gigi atau akar dari soket. Prinsip dasar penggunaan elevator
adalah “block and wedge” (memblok dan
mendesak) atau “wheel and axle” dan seharusnya tidak sebagai crow-bars (linggis).
Dental luxator
dengan sisi tajamnya diberi tekanan di antara akar dari gigi dan tulang
alveolar melalui ruangan periodontal. Efek wedging
(desakan) harus memberikan dampak pada akar sehingga akar tersebut dapat
diangkat/diekstraksi dari soketnya. Coupland’s
chisel dapat digunakan dengan cara yang sama dan lebih efektif dengan cara
tersebut jika kedua ujungnya tetap terjaga ketajamannya.
Teknik lain yang
dapat diaplikasikan yaitu dengan cara memutar (rotate) elevator sepanjang
axisnya dan ujungnya diberi penekanan agar mengekstraksi gigi dari akarnya.
Elevator yang dapat diplikasikan dengan cara ini antara lain adalah Straight Warwick Jame’s, Coupland’s chiser, dan Cryer’s elevator dengan ujung runcingnya
(pointed blades).
Perlu
kehati-hatian dan latihan yang cukup agar dapat
menghindari pemakaian gigi tetangga sebagai penahan elevator, kecuali
memang gigi tetangga tersebut akan diekstraksi juga. Karena penggunaan gigi
tetangga sebagai penahan akan mengakibatkan gigi tersebut ikut bergerak.
Elevator harus
digunakan secara hati-hati, terutama pada lokasi penempatan elevator terhadap
gigi yang akan diekstraksi sehingga gigi akan dapat bergerak (goyah) dari
pertahanannya dalam jaringan pendukung gigi. Maka dari itu, sebagian besar akar
pada region molar bawah membelok ke arah distal sehingga elevasi dari arah
mesial aspek akan lebih berhasil. Sama halnya dengan elevasi dari bukal lebih
baik daripada elevasi dari lingual karena dalam prakteknya lebih menguntungkan
ketika menggunakan teknik rotasi atau
memutar.
(Wray dkk, 2003)
2.6
Penggunaan
Khusus Elevator Tertentu
1.
Elevator apekso lurus no.81 atau no.301
(Hu-Friedy)
Terutama
digunakan untuk maxilla yaitu kasus fraktur gigi setinggi garis gingiva pada
gigi incisivus centralis dan lateralis, kaninus, serta premolar maxilla.
Elevator ini menggunakan prinsip kerja ganjal (wedge).
Gambar 3.Elevator apekso lurus
no.301 (Hu-Friedy)
Teknik
penggunaan
a. Tempatkan
elevator ganjal ini di daerah mesio-labial atau mesio-bukal dalam ruang yang
ditempati oleh ligamen periodontal gigi yang akan diekstraksi.
b. Aplikasikan
tekanan apikal dan sedikit gerakan ke labial/bukal dan palatal.
c. Lalu
masukkan elevator di distal gigi dan ulangi langkah b sampai kedalaman
kira-kira 5 mm.
d. Masukkan
elevator di mesial gigi dan ulangi langkah b sampai kedalaman kira-kira 5 mm.
e. Gunakan
gerakan setengah putar dengan tekanan apikal.
2.
Elevator apekso (kanan/kiri) no.4 dan
no.5 pada mandibula
Mata elevator (blade) ada pada sudut 45o terhadap
pegangan (handle), artinya tangkai (shank) elevator bersudut 45 derajat
terhadap pegangan dan mata elevator bersudut 90 derajat terhadap tangkainya.
Prinsip kerja elevator ini sama dengan elevator apekso lurus. Elevator ini
dapat dipakai untuk semua gigi mandibula yang mengalami fraktur akar setinggi
garis gingiva.
Gambar 4. Elevator apekso no.4 Gambar 5.Elevator apekso no.5
Teknik penggunaan:
a. Dalam
ruang yang ditempati ligamen periodontal pada permukaan mesial akar gigi
masukkan ujung elevator apekso no.4 dengan gerakan putar dan tekanan apikal
sampai kedalaman kira-kira 2-3 mm.
b. Selanjutnya
mengambil elevator apekso no.5 dan masukkan dalam ruang ligamen periodontal
dengan gerakan putar dan tekanan bukolingual sedikit demi sedikit memperbesar
ruang dengan menekan tulang alveolar sampai kedalaman kira-kira 3 mm.
c. Lalu
masukkan elevator apekso no.4 pada permukaan mesial akar gigi dengan gerakan
putar dan tekanan apikal berkali-kali sampai kedalaman kira-kira 6 mm.
d. Prosedur
diulang terus hingga akar gigi dapat keluar dari soket. Apabila teknik ini
gagal mengeluarkan akar gigi, gunakan teknik elevator apekso ganda.
3.
Teknik elevator apekso ganda
Teknik penggunaan
a. Pegang
elevator apekso no.4 dengan tangan kiri dan elevator apekso no.5 dengan tangan
kanan. Lalu letakkan ujung-ujung kedua elevator pada akar gigi.
b. Bagian
yang menempel pada permukaan akar gigi adalah sisi sebaliknya dari permukaan
mata elevator.
c. Dengan
prinsip tekanan tuas angkat akar gigi dengan kedua elevator tersebut ke arah
oklusal.
4.
Pengambilan akar gigi yang fraktur
setengah panjang akar
a. Aturan
umum
Pada kasus seperti ini diperlukan
pembukaan mukoperiosteum dan pengambilan jaringan tulang alveolar bukal/labial
atau lingual/palatal. Tindakan ini disebut operasi terbuka (open operation) atau operasi lapisan
jaringan (flap operation) atau
pengambilan akar gigi secara bedah (surgical
removal of the root).
b. Operasi
raba-raba (blind operation)
Operasi ini digunakan apabila
operator sudah berpengalaman melakukan bedah. Yang diperlukan adalah panduan
sentuhan sensasi dan visualisasi dari operator yang telah berpengalaman
tersebut.
(Mangunkusumo,
1997)
5.
Pengambilan Akar Gigi yang Fraktur
Setinggi Garis Gingiva
Digunakan
elevator apekso no.4 dengan gerakan putar dan tekanan apikal sepanjang
permukaan mesial akar gigi dalam ruang yang ditempati membrana peridental,
sejajar dengan poros panjang akar gigi sampai dicapai kedalaman 2-3 mm. Bila
dengan tekanan sedikit pada pegangan elevator dan ujung elevator masih gagal
untuk penetrasi ruang membrana peridental maka langkah selanjutnya dengan
membuat lubang awal dengan menggunakan bur tulang yang kecil dan bulat no.4
sepanjang sisi permukaan mesial dan distal akar gigi, lalu memperlebar jalan
dengan cara menggerakkan gigi ke arah bukolingual.
Selanjutnya
gunakan elevator apekso no.5 dan ulangi prosedur seperti pada elevator apekso
no.4. Mengebur titik awal lalu masukkan ujung mata elevator sepanjang permukaan
distal akar gigi dalam ruang yang ditempati membrana peridental, sejajar dengan
poros panjang akar gigi, lalu dengan gerakan putar dan tekanan bukolingual
sedikit demi sedikit memperbesar ruang dengan menekan tulang alveolar sampai
dicapai kedalaman 3 mm.
Apabila prosedur
ini gagal dapat digunakan teknik elevator apekso ganda yaitu pegang elevator
apekso no.4 di tangan kiri dan no.5 di tangan kanan lalu letakkan ujung-ujung
kedua elevator pada akar gigi yang menempel pada permukaan akar gigi dengan
tekanan tuas ke arah oklusal dan mengangkat akar gigi ke arah permukaan.
Elevator ini digunakan pada mandibula yaitu gigi caninus, incisivus centralis
dan lateralis serta molar.
6.
Pengambilan Akar Gigi yang Fraktur
Setengah Panjang Akar
Digunakan teknik
separasi gigi (tooth division/root
separation) dengan jalan memisahkan satu atau lebih akar gigi dari mahkota
gigi dengan menggunakan crosscut fissure
burs. Teknik ini sering digunakan pada saat pengambilan gigi impaksi,
setelah itu baru menggunakan forceps
atau elevator.
(Dwirahardjo, 2004)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Elevator digunakan untuk:
a. Menggerakkan
dan mengeluarkan gigi yang tidak dapat dipegang forceps (misalnya pada gigi malposisi dan gigi impaksi)
b. Mengambil
akar gigi, akar gigi yang fraktur, dan gigi berkaries
c. Melonggarkan
gigi sebelum aplikasi forceps
d. Memisahkan
akar gigi dengan mahkota gigi, akar dengan akar lain pada gigi berakar jamak
e. Mengambil
tulang intraradikular
2.
Dalam penggunaan elevator, perlu
diperhatikan aturan-aturanya untuk menghindari bahaya yang dapat terjadi
3.
Cara pengaplikasian elevator meliputi
aplikasi parallel dan aplikasi vertikal
4.
Keberhasilan
penggunaan elevator tergantung pada aplikasi tekanan yang terkontrol, cara
memegang yang baik dan tepat (pinch/sling
grasp), bidang/titik penempatan atau insersi serta titik tumpu yang tepat.
3.2
Saran
1.
Prinsip, kaidah dan aturan penggunaan
elevator hendaknya benar-benar dipahami untuk mendukung keberhasilan penggunaan
elevator.
DAFTAR PUSTAKA
Dwirahardjo, B. 2004. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran
Semester: Bedah Mulut I. Yogyakarta : FKG UGM.
Fragiskos,
F.D. (ed.). 2007. Oral Surgery. Heidelberg:
Springer-Verlag.
Mangunkusumo, H.1997. Eksodonsia dan Komplikasinya.Yogyakarta:
FKG UGM.
Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta:
EGC.
Wray, D., D. Stenhouse,
D. Lee, and A. J. E. Clark. 2003. Textbook
for General and Oral Surgery. London: Churchill Livingstone.
0 komeng:
Posting Komentar